Angkatan 3 yang Kini Mualim 3
Setelah fotonya sebagai pelaut dan bersandar di beberapa negara ‘terpantau’ oleh tim redaksi Ruang Alumni, rasanya nggak nyaman jika alumni angkatan 3 (masuk 2016) ini tidak jadi sasaran redaksi untuk diprofilkan, agar pembaca bisa terimbas inspirasi darinya. Ferat, begitu putra dari Bapak Firdaus dan Ibu Siti Nurhayati Basri ini disapa. Bergabung di SMP Plus Al-Ashri sebagai siswa pindahan dari pondok pesantren, lalu memilih memantapkan langkah ke SMA Plus Al-Ashri Global Mandiri.
Hal pertama yang dibagikan saat diminta untuk menjadi tamu Ruang Alumni adalah kesannya saat bergabung di SMA Plus Al-Ashri Global Mandiri. Saat bergabung, gedung SMA masih satu lantai. Hal paling berkesan buatnya bukan hanya tentang teman-teman sekolah yang kompak melainkan juga tentang guru dan proses pembelajarannya. “Yang paling berkesan itu proses pembelajaran. Mungkin karena full day school, saya lebih banyak waktu bersama teman dan guru. Terlebih, guru mengerti karakter siswa dan tahu bagaimana cara membagikan ilmunya.
Alumni Polimarim atau AMI Makassar jurusan Nautika ini ternyata sedang melanjutkan pendidikan kemaritimannya di Jakarta. “Sekarang masih berlayar dan sementara melanjutkan studi lanjutan saya di Jakarta. Negara paling jauh yang pernah saya kunjungi, Finlandia,” lanjutnya berbagi inspirasi.
Meski merasa senang karena impiannya jadi pelaut terkabul, bisa berlayar ke luar negeri, berkunjung ke berbagai negara dan mempelajari budayanya, dan bisa melatih skill speaking karena bekerja dengan orang luar, tetap saja sisi kelam sebagai pelaut pasti ada. Tak bisa dia pungkiri, jika perjalanannya sebagai mualim, lebih banyak dukanya daripada sukanya. Namun, itu disadarinya sebagai pilihan hidup dan semua pekerjaan punya risiko. Hidup jauh dari keluarga dan teman, membuatnya banyak kehilangan momen kebersamaan dengan orang tua dan saudara. Apalagi, sebagai pelaut, ombak dan perompak adalah maut. “Pernah hampir dibajak kapal perompak. Saat itu kapal berlayar di sekitar wilayah Selat Aden, perbatasan Somalia dan Yemen. Dikepung sekitar 10 kapal perompak yang ingin naik ke kapal. Alhamdulillah saat itu perjalanan kami dibersamai 3 tentara, sehingga perompak kabur setelah disambut dengan suara tembakan.”
Alumni angkatan 3 yang kini berprofesi sebagai mualim 3 di kapal ini, juga membagikan pengalaman juangnya untuk menjadi pelaut. Gagal di tes masuk tahun pertama, membuatnya harus bersabar sambil kuliah di PNUP, sambil terus mempersiapkan fisik dan mental. Sebagai mualim Kak Ferat bertanggung jawab merawat alat-alat keselamatan seperti sekoci, pelampung, fire extinguisher, dll. Juga, menjaga navigasi di anjungan saat kapal berlayar. “Kalo niatnya jadi pelaut hanya untuk jalan-jalan dan bisa ke luar negeri, niat itu harus diperbarui biar tidak kecewa setelah benar-benar menjadi pelaut. Pelaut itu harus stand by 24 jam, karena kita tidak tahu kapan waktu emergency datang. Kalau pun bisa turun ke darat, hanya beberapa perusahaan atau kapal yang mengizinkan crew-nya untuk turun.”
Diminta pesan untuk adik-adiknya di SMA Plus Al-Ashri Global Mandiri, alumni kelahiran 13 Juli 1998 ini mengutip takarir Francis Bacon, Knowledge is power. “Jangan pernah berhenti untuk belajar. Ilmu akan memberikan banyak dampak positif buat orang sekitar kita.”
Selamat berlayar, kak Ferat. Semoga semakin sukses, dunia-akhirat.***